Author: BraveHeart Cardiologist Team
Setiap tahun, penyakit jantung menjadi penyebab kematian nomor satu di Indonesia menurut data WHO. Tapi sayangnya, banyak orang sering mengabaikan gejala awal yang sebenarnya bisa diselamatkan dengan penanganan tepat waktu.
Kenali 8 tanda penting berikut ini yang menandakan Anda sebaiknya segera konsultasi ke ahli jantung sebelum terlambat.
-
Dada Terasa Nyeri atau Tertekan
Nyeri dada merupakan sinyal peringatan yang mengkhawatirkan dalam dunia kesehatan jantung.
Kondisi ini dapat muncul dalam berbagai bentuk, mulai dari sensasi tertusuk, perih, hingga tertekan yang dapat terjadi di dada sebelah kanan, kiri, atau tengah.
“Nyeri dada sebaiknya jangan diabaikan begitu saja, terutama jika disertai menjalar ke lengan, leher, atau rahang. Pasien sering menganggap ini sebagai masalah pencernaan biasa, padahal bisa jadi merupakan tanda serangan jantung.”” ujar Dr. dr. M. Yamin, Sp.JP (K), Sp.PD.
Kardiologis konsultan intensive Dr. Vienna, SpJP(K) menambahkan “Nyeri dada yang berkaitan dengan jantung dapat disebabkan oleh berbagai kondisi serius seperti serangan jantung akibat tersumbatnya aliran darah ke jantung, penyakit jantung koroner, kardiomiopati, diseksi aorta, miokarditis, perikarditis, dan endokarditis”
Karakteristik nyeri yang perlu diwaspadai meliputi sensasi seperti ditekan benda berat, nyeri yang memburuk saat aktivitas fisik, atau nyeri yang disertai keringat dingin dan mual. Dr. Hasril, SpJP (K), menyebutkan, “Durasi nyeri juga penting diperhatikan. Nyeri jantung biasanya berlangsung lebih dari beberapa menit dan tidak hilang dengan perubahan posisi tubuh.”
Meskipun tidak semua nyeri dada berhubungan dengan jantung, evaluasi medis tetap diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan kondisi kardiovaskular yang mengancam jiwa.
Kondisi non-kardiak seperti GERD, gangguan muskuloskeletal, atau bahkan serangan panik dapat menimbulkan gejala serupa, namun diagnosis diferensial hanya dapat dilakukan melalui pemeriksaan menyeluruh oleh ahli jantung.
-
Sesak Napas atau Napas Tidak Nyaman
Sesak napas atau dispnea merupakan gejala yang sangat umum namun sering diabaikan sebagai tanda masalah jantung.
Kondisi ini ditandai dengan sensasi dada yang terasa sesak hingga sulit mengambil napas dalam-dalam. “Banyak pasien datang ke klinik dengan keluhan utama mudah lelah saat naik tangga atau berjalan jarak pendek, tanpa menyadari bahwa ini bisa menjadi tanda gagal jantung,” ungkap Dr. dr. Todung Donald Aposan Silalahi, Sp.PD-KKV,
Sesak napas yang berkaitan dengan jantung dapat mengindikasikan berbagai kondisi serius. Gagal jantung, misalnya, terjadi ketika jantung tidak sanggup berfungsi secara maksimal untuk memompa darah.
“Pada tahap awal, pasien mungkin mengalami kesulitan bernafas setelah berolahraga atau aktivitas ringan seperti berpakaian atau berjalan melintasi ruangan. Seiring melemahnya fungsi jantung, sesak napas dapat terjadi bahkan saat berbaring, kondisi yang dikenal sebagai ortopnea”, tambah dr Lira Firiana, Sp. JP, Subsp. P. R. Kv. (K)
-
Nadi Tidak Beraturan
Detak jantung normal pada orang dewasa berkisar antara 60-100 kali per menit dengan irama yang stabil dan konstan. Gangguan pada irama jantung atau aritmia dapat menjadi indikator serius yang memerlukan perhatian ahli jantung.
“Aritmia sering kali tidak menunjukkan gejala pada tahap awal, sehingga banyak pasien baru mengetahui kondisinya saat medical check-up rutin atau bahkan saat sudah terjadi komplikasi,” tutur Dr. dr. M. Yamin, Sp.JP (K), Sp.PD.
Berbagai jenis aritmia dapat terjadi, mulai dari fibrilasi atrium yang melibatkan kelainan serambi jantung, fibrilasi ventrikel yang mempengaruhi bilik jantung, hingga kontraksi prematur.
“Penyebab detak jantung tidak beraturan sangat beragam, termasuk faktor genetik, ketidakseimbangan elektrolit terutama kalium, kerusakan jaringan jantung, gangguan hormon tiroid, efek samping obat-obatan tertentu, atau konsumsi kafein berlebihan”, ucap Dr. Simon Salim, Sp.PD – KKV
- Dian Larasati, Sp.JP (K), ahli jantung konsultan intervensi menambahkan, “gejala yang perlu diwaspadai meliputi sensasi berdebar-debar atau merasa ada detak jantung yang hilang, keringat dingin, rasa melayang atau berkunang-kunang, sesak napas, dada terasa berat disertai nyeri, pingsan, dan mudah lelah.”
Dr. dr. M. Yamin, Sp.JP (K), Sp.PD menekankan, “Meskipun ada jenis aritmia yang tidak berbahaya, tetapi mengingat jantung adalah organ vital, setiap kelainan irama jantung harus dievaluasi untuk menentukan tingkat risiko dan kebutuhan terapi.”
-
Kaki Bengkak
Pembengkakan kaki atau edema perifer dapat menjadi manifestasi awal dari masalah jantung yang serius.
Kondisi ini terjadi karena ketidakmampuan jantung untuk memompa darah secara optimal ke seluruh tubuh, menyebabkan aliran darah terganggu dan penumpukan cairan di bagian tubuh paling rendah.
“Kaki bengkak merupakan salah satu tanda gagal jantung terutama bila disertai gejala penyerta lain, pemeriksaan yg lebih mendalam diperlukan untuk membedakan kaki bengkak yg disebabkan karena gagal jantung atau penyebab lainnya,” jelas dr. Sabrina, SpJP.
Dr. Hasril, SpJP(K) FIHA menambahkan, “Kaki bengkak karena jantung biasanya disertai gejala lain seperti sesak napas saat beraktivitas atau berbaring, yang membedakannya dari edema karena sebab lain.”
-
Tekanan Darah Tinggi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi sering disebut sebagai “silent killer” karena dapat berkembang tanpa gejala yang jelas namun memberikan dampak pada sistem kardiovaskular.
Tekanan darah tinggi memaksa jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh, yang dalam jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan pada jantung dan pembuluh darah.
“Hipertensi yang tidak terkontrol adalah faktor risiko utama untuk penyakit jantung koroner, stroke, dan gagal jantung,” tegas Dr. Vienna, SpJP(K).
- Dian Larasati, Sp.JP (K) menjelaskan, “Tanda-tanda tekanan darah tinggi yang perlu diwaspadai meliputi sakit kepala yang persisten, terutama di bagian belakang kepala, sesak napas yang terjadi karena jantung bekerja ekstra keras, dan mimisan yang dapat terjadi akibat tekanan berlebih pada pembuluh darah. Gejala lain yang mungkin muncul termasuk pusing, penglihatan kabur, nyeri dada, dan kelelahan yang tidak biasa.”
Namun, penting diingat bahwa banyak penderita hipertensi tidak mengalami gejala sama sekali hingga komplikasi serius terjadi.
Dr. Simon Salim, Sp.PD – KKV menjelaskan, “Pemantauan tekanan darah rutin sangat penting, terutama bagi mereka yang memiliki faktor risiko seperti obesitas, diabetes, riwayat keluarga hipertensi, atau gaya hidup tidak sehat.”
-
Mudah Lelah
Mudah lelah dapat menjadi indikator awal masalah jantung.
Ketika jantung tidak dapat memompa darah secara efisien, organ-organ vital tidak mendapat pasokan oksigen dan nutrisi yang cukup, menyebabkan tubuh merasa lelah bahkan untuk aktivitas ringan.
“Banyak pasien dengan masalah jantung, terutama pasien dengan gagal jantung, mengeluhkan mudah lelah saat melakukan aktivitas yang sebelumnya mudah mereka lakukan, seperti naik tangga atau berjalan dengan jarak pendek,” ungkap Dr. Arindya, SpJP.
Kelelahan yang berkaitan dengan masalah jantung memiliki karakteristik yang berbeda dari kelelahan biasa. Kondisi ini biasanya tidak membaik dengan istirahat yang cukup dan cenderung progresif, memburuk seiring waktu. Kelelahan dapat disertai dengan gejala lain seperti sesak nafas, pembengkakan kaki, atau nyeri dada. Pada kasus gagal jantung, kelelahan sering kali menjadi gejala yang paling mengganggu aktivitas sehari-hari pasien.
Dr. Sabrina, SpJP menambahkan, “Penting untuk membedakan kelelahan biasa dengan mudah lelah yg disebabkan gagal jantung progresif”.
Kelelahan yang tidak wajar biasanya disertai intoleransi aktivitas yang progresif dan memerlukan evaluasi fungsi jantung secara komprehensif.” Pemeriksaan yang mungkin diperlukan meliputi ekokardiografi, tes stress, dan pemeriksaan biomarker jantung untuk menilai fungsi miokard.
-
Memiliki Penyakit Penyerta (Komorbid) Lain
Beberapa kondisi medis tertentu memiliki hubungan erat dengan peningkatan risiko penyakit jantung dan memerlukan pemantauan kardiovaskuler yang ketat.
Diabetes mellitus, misalnya, dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah dan meningkatkan risiko penyakit jantung koroner secara signifikan.
“Pasien diabetes memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami penyakit jantung dibanding populasi umum,” jelas Dr. Yamin, SpJP (K).
Kondisi kesehatan lain yang memerlukan perhatian khusus terhadap kesehatan jantung meliputi penyakit ginjal kronik, sleep apnea, penyakit tiroid, dan lainnya.
Setiap kondisi ini dapat memberikan dampak langsung atau tidak langsung terhadap sistem kardiovaskular melalui berbagai mekanisme patofisiologis. Penyakit ginjal kronik, misalnya, dapat menyebabkan hipertensi dan gangguan keseimbangan cairan yang memberatkan kerja jantung.
Dr. Vienna, SpJP(K) menekankan, “Manajemen terintegrasi antara ahli terkait dan kardiolog sangat penting untuk pasien dengan komorbiditas. Komunikasi yang baik antara ahli atau spesialis memungkinkan optimalisasi terapi dan pencegahan komplikasi kardiovaskular.”
Pemeriksaan rutin fungsi jantung, pemantauan tekanan darah, dan evaluasi faktor risiko kardiovaskular harus menjadi bagian integral dari perawatan pasien dengan kondisi medis tertentu.
-
Memiliki Riwayat Keluarga dengan Penyakit Jantung
Faktor genetik memainkan peran penting dalam predisposisi terhadap penyakit jantung.
Riwayat keluarga dengan penyakit jantung koroner, serangan jantung, atau kematian mendadak akibat masalah jantung pada usia muda (pria di bawah 55 tahun, wanita di bawah 65 tahun) meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami kondisi serupa.
“Jika penyakit jantung terdapat dalam riwayat keluarga Anda, sangat bijaksana untuk bersikap ekstra hati-hati, bahkan jika Anda belum ada keluhan dan merasa baik-baik saja saat ini,” tutur Dr. dr. Todung Donald Aposan Silalahi, Sp.PD-KKV
Komponen genetik dalam penyakit jantung dapat mencakup predisposisi terhadap hipertensi, diabetes, dislipidemia, atau kondisi struktural jantung yang diturunkan.
Beberapa kondisi seperti kardiomiopati hipertrofik, sindrom QT panjang, atau sindrom Brugada memiliki pola pewarisan yang jelas dan memerlukan skrining keluarga.
Kardiologis konsultan ahli kardiorehab dr Lira Firiana, Sp. JP, Subsp. P. R. Kv. (K) menjelaskan, “Skrining kardiovaskular pada individu dengan riwayat keluarga positif sebaiknya dimulai lebih awal dan dilakukan lebih intensif dibanding populasi umum.”
Strategi pencegahan untuk individu dengan riwayat keluarga penyakit jantung meliputi modifikasi gaya hidup agresif, pemantauan faktor risiko yang ketat, dan dalam beberapa kasus, terapi preventif.
dr Lira Firiana menambahkan, “Konseling genetik dan edukasi tentang tanda-tanda dini penyakit jantung sangat penting bagi anggota keluarga yang berisiko. Deteksi dini dan intervensi tepat waktu dapat mencegah manifestasi klinis yang lebih berat.”
BraveHeart Center untuk Kesehatan Jantungmu
Mengenali tanda yang mengindikasikan perlunya konsultasi dengan kardiolog merupakan langkah proaktif dalam menjaga kesehatan jantung.
Setiap gejala yang telah dibahas, mulai dari nyeri dada, sesak nafas, detak jantung tidak beraturan, pembengkakan kaki, tekanan darah tinggi, kelelahan berlebihan, komorbiditas tertentu, hingga riwayat keluarga dengan penyakit jantung, memiliki potensi untuk berkembang menjadi kondisi yang mengancam jiwa jika tidak ditangani dengan tepat.
BraveHeart, bagian dari “Center of Excellence” Brawijaya Healthcare, menyediakan perawatan kardiovaskular tingkat lanjut dengan fasilitas mutakhir dan perawatan ahli dari spesialis terkemuka.
BraveHeart, memiliki layanan jantung prevensi dan rehabilitasi medik serta layanan holistik lainnya yang akan membantu meberi solusi terkait kesehatan jantung Anda
Kunjungi kami di https://braveheart.co.id/