Diabetes melitus (DM) merupakan faktor risiko yang signifikan terhadap penyakit jantung koroner (PJK). Framingham Heart Study mencatat bahwa hampir 75% pasien diabetes tipe 2 meninggal karena komplikasi kardiovaskular, menekankan pentingnya strategi skrining dan manajemen diabetes yang efektif.
Memahami hubungan antara kedua kondisi ini sangat penting untuk strategi pengelolaan dan pencegahan yang efektif.
Hubungan Diabetes dan Penyakit Arteri Koroner
Diabetes secara signifikan meningkatkan risiko berkembanganya PJK.
Penelitian menunjukkan bahwa individu dengan diabetes memiliki risiko dua hingga empat kali lipat lebih tinggi mengalami kejadian kardiovaskular dibandingkan dengan orang yang tidak ada diabetes.
Peningkatan risiko ini disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk:
- Disregulasi Metabolik
Diabetes menyebabkan profil lipid abnormal, ditandai dengan rendahnya kadar kolesterol high-density lipoprotein (HDL) dan trigliserida tinggi, sehingga memicu aterosklerosis.
- Peradangan dan Disfungsi Endotel
Peradangan kronis yang berhubungan dengan diabetes berkontribusi terhadap disfungsi endotel, yang sangat penting dalam perkembangan PJK.
- Neuropati Otonom
Pasien diabetes berisiko mengalami neuropati otonom jantung atau cardiac autonomic neuropathy (CAN), yang dapat menutupi gejala khas PJK, sehingga menyebabkan keterlambatan diagnosis.
Prevalensi dan Dampak
Penyakit jantung koroner merupakan penyebab utama kematian pada diabetes, dan menyumbang sekitar 80% kematian pada populasi ini.
Selain itu, pasien diabetes yang mengalami infark miokard menghadapi prognosis yang jauh lebih buruk, dengan angka kematian dua hingga empat kali lebih tinggi dibandingkan pasien tanpa diabetes.
Skrining dan Diagnosis
Deteksi dini penyakit jantung koroner pada pasien diabetes sangatlah penting. Berbagai alat diagnostik tersedia, antara lain:
- Elektrokardiogram (EKG) untuk mengidentifikasi aritmia atau serangan jantung sebelumnya.
- Stress Test untuk menilai fungsi jantung di bawah tekanan fisik.
- Angiografi Koroner memberikan gambaran rinci arteri koroner untuk mengidentifikasi adanya penyumbatan.
- Pencitraan Non-invasif berupa teknik seperti computerized tomography angiography (CTA) dapat membantu memvisualisasikan status arteri koroner tanpa prosedur invasif.
Mengingat tingginya prevalensi silent CAD pada pasien diabetes—diperkirakan antara 20% hingga lebih dari 50%—skrining rutin dianjurkan, terutama bagi mereka yang memiliki faktor risiko tambahan seperti hipertensi atau kolesterol tinggi.
Strategi Manajemen
Penatalaksanaan PJK yang efektif pada pasien diabetes bisa berupa:
- Modifikasi Gaya Hidup
Menerapkan pola makan yang menyehatkan jantung, aktivitas fisik teratur, dan pengelolaan berat badan dapat secara signifikan mengurangi risiko kardiovaskular.
- Intervensi Farmakologis
Manajemen kadar kolesterol dengan obat-obatan seperti statin biasanya diresepkan untuk mengurangi risiko kejadian kardiovaskular. Penelitian terbaru juga menunjukkan manfaat inhibitor sodium-glucose cotransporter-2 (SGLT2) dan agonis glukagon-like peptida-1 (GLP-1) dalam mengurangi risiko kardiovaskular pada pasien diabetes.
- Evaluasi atau Kontrol Rutin
Evaluasi rutin kadar glukosa darah, tekanan darah, dan profil lipid sangat penting untuk mengelola diabetes dan implikasi kardiovaskular.
Diabetes dan PJK sangat Berhubungan
Diabetes merupakan kontributor utama terhadap morbiditas dan mortalitas terkait PJK.
Skrining dini, pengelolaan faktor risiko, dan edukasi merupakan strategi untuk mencegah terjadinya penyakit kardiovaskular yang berat.
Dengan memprioritaskan kesehatan kardiovaskular pada pasien diabetes, kita dapat meningkatkan outcome dan meningkatkan kualitas hidup diabetes mellitus.
Konsultasikan Kesehatan Jantung ke Ahlinya
Jika Anda atau keluarga dengan riwayat Diabetes, tidak perlu kuatir, evaluasi rutin dan konsultasikan ke dokter ahli terkait kondisi yang kamu alami. Percayakan masalah jantung anda pada BraveHeart Center.