Author : dr.Indah Agung Aprilia
Hipertensi masih jadi momok menakutkan. Di Indonesia, prevalensi hipertensi mencapai 34,11% pada populasi dewasa, namun hanya sebagian kecil yang terdiagnosis.
Banyak orang bertanya “Saya Hipertensi, Kapan Saya Boleh Berhenti Minum Obat”. Artikel ini akan membahas hipertensi dan menjawab pertanyaan tersebut.
Berkenalan dengan Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan kondisi ketika tekanan darah berada di atas batas normal (130/80 mmHg atau lebih).
Kondisi ini dapat menyebabkan berbagai komplikasi kesehatan yang membahayakan nyawa jika dibiarkan, termasuk peningkatan risiko penyakit jantung, stroke, hingga kematian.
Tekanan darah menggambarkan kekuatan dari sirkulasi darah terhadap dinding arteri tubuh yang merupakan pembuluh darah utama. Besarnya tekanan bergantung pada resistensi pembuluh darah dan intensitas kerja jantung.
Saat pengukuran tekanan darah, hasil akan terbagi menjadi dua angka:
- Angka pertama (sistolik): mewakili tekanan dalam pembuluh darah ketika jantung berkontraksi
- Angka kedua (diastolik): mewakili tekanan dalam pembuluh darah ketika jantung beristirahat
Seseorang dinyatakan mengalami hipertensi jika tekanan darah sistolik dari pengukuran selama dua kali berturut-turut menunjukkan hasil lebih besar dari 140 mmHg, dan/atau tekanan darah diastolik lebih besar dari 90 mmHg.
Tekanan darah normal adalah ketika sistolik kurang dari 120 mmHg dan diastolik kurang dari 80 mmHg.
Klasifikasi prahipertensi diberikan pada tekanan darah sistolik 120–139 mmHg atau tekanan darah diastolik 80–89 mmHg. Individu dengan prahipertensi memiliki risiko lebih tinggi untuk berkembang menjadi hipertensi.
Bagaimana Hipertensi Bisa Terjadi?
Patofisiologi hipertensi melibatkan peningkatan tekanan darah yang bila terjadi secara kronis akan menyebabkan kerusakan pada organ target. Peningkatan tekanan darah dapat terjadi akibat abnormalitas pada resistensi perifer ataupun cardiac output.
Peran Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron
Ginjal memiliki peran krusial dalam pengaturan tekanan darah. Ginjal memproduksi dan meregulasi renin yang kemudian merangsang angiotensin I-converting enzyme (ACE) untuk membentuk angiotensin II dari angiotensin I.
Sistem ini, yang dikenal sebagai renin-angiotensin system (RAS), berkontribusi signifikan dalam patofisiologi hipertensi.
Bagaimana Hubungan Hipertensi ke Penyakit Lain
Hipertensi tidak langsung menjadi penyebab kematian pada penderitanya, melainkan menjadi faktor penting dalam peningkatan kejadian penyakit kardio-serebrovaskular. Tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dikaitkan dengan 14,0% dari seluruh kematian di dunia.
Komplikasi Hipertensi pada Jantung dan Pembuluh Darah
Hipertensi berat yang tidak terkontrol dapat menyebabkan berbagai komplikasi pada jantung dan pembuluh darah, seperti:
- Serangan jantung: Hipertensi dapat membuat pembuluh darah arteri pada jantung menjadi keras dan mudah rusak, menyebabkan terhambatnya aliran darah ke otot jantung.
- Gagal jantung: Tekanan darah tinggi memaksa jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah, membuat dinding dan otot jantung menebal sehingga kesulitan memompa darah secara efektif ke seluruh tubuh.
- Aneurisma: Hipertensi dapat menyebabkan dinding arteri melemah dan memicu terbentuknya kantung rapuh di pembuluh darah. Jika pecah, aneurisma dapat menimbulkan kerusakan organ permanen atau bahkan kematian.
- Penyakit arteri perifer: Kondisi ini terjadi ketika aliran darah ke anggota tubuh tertentu berkurang akibat kerusakan pembuluh darah, menyebabkan bagian tubuh yang terdampak tidak berfungsi dengan baik.
Komplikasi pada Otak dan Organ Lain
Hipertensi yang tidak terkontrol juga berdampak serius pada otak dan organ-organ lain. Tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dikaitkan dengan 38,1% mortalitas akibat stroke iskemik dan 42,5% mortalitas akibat stroke hemoragik.
Selain itu, hipertensi juga dapat menyebabkan kerusakan pada mata dan ginjal.
Pengobatan Hipertensi
Pengobatan hipertensi bertujuan untuk menurunkan tekanan darah dan mencegah terjadinya komplikasi. Dua pendekatan utama dalam pengobatan hipertensi adalah:
-
Perubahan Gaya Hidup
Tekanan darah tinggi bisa diatasi dengan mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat. Beberapa perubahan gaya hidup yang direkomendasikan antara lain:
- Mengurangi konsumsi garam
- Menjaga berat badan ideal
- Berolahraga secara teratur
- Mengurangi atau menghentikan konsumsi alkohol
- Berhenti merokok
- Mengelola stres dengan baik
2. Terapi Farmakologis
Pada beberapa penderita, perubahan gaya hidup harus disertai dengan konsumsi obat antihipertensi. Beberapa jenis obat yang sering digunakan untuk menangani hipertensi adalah:
- Diuretik, seperti hydrochlorothiazide atau indapamide
- Penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE inhibitor)
- Penghambat reseptor angiotensin II (ARB)
- Penghambat saluran kalsium
- Beta-blocker
Perlu atau tidaknya penggunaan obat antihipertensi tergantung pada nilai tekanan darah pasien dan seberapa besar risiko pasien terserang komplikasi, seperti stroke atau serangan jantung.
Berobat ke Dokter Apa untuk Hipertensi?
Untuk penanganan hipertensi, ada beberapa spesialisasi dokter yang dapat dikunjungi:
-
Dokter Umum
Dokter umum dapat melakukan pemeriksaan awal, diagnosis, dan penanganan hipertensi ringan hingga sedang. Hipertensi dapat diketahui dengan pemeriksaan secara rutin pada tekanan darah, yang direkomendasikan untuk dilakukan setiap tahun oleh semua orang dewasa.
-
Dokter Spesialis
Untuk kasus hipertensi yang lebih kompleks atau disertai komplikasi, diperlukan penanganan dari dokter spesialis, seperti:
- Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah (Kardiolog): Untuk kasus hipertensi yang kompleks atau disertai masalah jantung.
- Dokter Spesialis Penyakit Dalam: Dapat menangani hipertensi beserta komplikasinya pada organ dalam.
- Dokter Spesialis Ginjal (Nefrolog): Jika hipertensi berkaitan dengan masalah ginjal atau menyebabkan komplikasi pada ginjal.
“Saya Hipertensi, Kapan Saya Boleh Berhenti Minum Obat”?
Pertanyaan ini sering muncul di kalangan penderita hipertensi. Jawabannya bergantung pada beberapa faktor:
Hipertensi Primer vs Sekunder
Pada hipertensi primer (esensial) yang mencakup lebih dari 90% kasus, pengobatan umumnya bersifat jangka panjang karena kondisi ini sulit disembuhkan secara tuntas.
Sementara untuk hipertensi sekunder, jika penyebab dasarnya dapat diobati, tekanan darah bisa kembali normal tanpa memerlukan pengobatan seumur hidup.
Faktor yang Memengaruhi Durasi Pengobatan
Beberapa faktor yang memengaruhi berapa lama seseorang perlu mengonsumsi obat antihipertensi meliputi:
- Tingkat keparahan hipertensi
- Respons terhadap perubahan gaya hidup
- Ada tidaknya kerusakan organ target
- Adanya penyakit penyerta lain
- Usia dan kondisi kesehatan secara umum
Data menunjukkan bahwa kepatuhan minum obat secara rutin pada subjek yang telah didiagnosis hipertensi di Indonesia hanya berada pada 54,40%. Hal ini menunjukkan pentingnya edukasi dan pendampingan bagi penderita hipertensi.
Penting untuk diingat bahwa keputusan untuk menghentikan atau melanjutkan pengobatan hipertensi harus selalu dibuat dengan berkonsultasi dengan dokter.
Dokter akan mengevaluasi terlebih dahulu kondisi klinis untuk mengambil keputusan penggunaan dan perubahan obat.
Menghentikan obat antihipertensi secara mendadak dapat menyebabkan lonjakan tekanan darah yang berbahaya.
Konsultasikan ke Dokter Ahli terkait Jantung Anda
Deteksi dini melalui pemeriksaan tekanan darah rutin merupakan kunci penting dalam pengendalian hipertensi.
Kami concern dengan kesehatan jantung Anda. Dengan memahami bagaimana hipertensi, Anda dapat memahami langkah awal yang harus diambil.
Dengan penanganan yang cepat dan tepat serta pengobatan lanjutan yang baik, hipertensi dapat dikendalikan untuk mencegah komplikasi.
BraveHeart, bagian dari “Center of Excellence” Brawijaya Healthcare, menyediakan perawatan kardiovaskular tingkat lanjut dengan fasilitas mutakhir dan perawatan ahli dari spesialis terkemuka.
BraveHeart, memiliki layanan jantung prevensi dan rehabilitasi medik serta layanan holistik lainnya yang akan membantu meberi solusi terkait kesehatan jantung Anda
Percayakan masalah jantung anda pada BraveHeart Center.